Senin, 17 November 2014

PEMBERIAN MAKANAN SECARA ORAL



.    PENGERTIAN
Pemberian makanan secara oral adalah pemberian makanan dan minuman pada klien secara langsung melalui mulut.
B.     TUJUAN
Adapun tujuan pemberian makanan melalui oral adalah untuk pemenuhan kebutuhan pasien.
C.    INDIKASI
*      Pada pasien yang bias makan sendiri.
*      Pada pasien yang tidak bisa makan sendiri.
D.    PERSIAPAN ALAT
Ø  Piring
Ø  Sendok
Ø  Garpu
Ø  Gelas dengan penutupnya
Ø  Serbet
Ø  Mangkok cuci tangan
Ø  Pengalas
Ø  Tempat cuci tangan

Pengertian
Pemasangan nasogastric tubes (NGT) Merupakan tindakan yang dilakukan pada pasien dengan tujuan memasukkan makanan cair atau obat obatan, mengeluarkan cairan dalam lambung, melakukan irigasi karena adanya pendarahan lambung atau keracuanan, mengurangi mual atau muntah setelah pembedahan dan mengambil spesimen dalam lambung untuk bahan pemeriksaan.
Nasogastric tubes (NGT) sering digunakan untuk menhisap isi lambung, juga digunakan untuk memasukkan obat-obatan dan makanan. NGT ini digunakan hanya dalam waktu yang singkat ( Metheny dan Titler,2001 )
Pemberian nutrisi melalui pipa penduga merupakan tindakan pada pasiean yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara oral. (Musrifatul Dan A.Azis A,2008).
Memasang nasogastrik adalah melakukan pemasangan selang dari rongga hidung ke lambung. (Eni Kusyati,2006)
Inersi slang nasogastric adalah pemasangan slang plastik lunak melalui nasofaring ke dalam lambung. (Anne Griffin dkk,2005 )
Tindakan ini dilakukan pada pasien tidak sadar, pasien tidak mampu menelan, pasca operasi mulut / oesophagus, dan dan masalah saluran pencernaan atas, seperti tumor mulut, stenosis esophagus, fraktur tulang rahang, tidak dapat menelan karena paralisis tenggorokan, bayi prematur yang terlalu lemah untuk menelan, pasien yang tidak mau makan sendiri seperti psikose, pemasangan pada hidung dilakukan pada pasien dengan pernafasan reguler, dengan menggunakan sonde ukuran kecil, sedang pasien yang mengalami pernafasan irreguler biasanya dipasang dengan ukuran sonde yang lebih besar dan lain lain
“Nasogastric” terdiri dari dua kata, dari bahasa Latin dan dari bahasa Yunani, Naso adalah suatu kata yang berhubungan dengan hidung dan berasal dari Latin “nasus”untuk hidung atau moncong hidung.
Gastik berasal dari bahasa Yunani “gaster” yang artinya the paunch ( perut gendut ) atau yang berhubungan dengan perut. Istilah “nasogastric” bukanlah istilah kuno melainkan sudah disebut pada tahun 1942.
Sebagai pemasangan NGT , harus berhati-hati dalam melaksanakan tindakan serta memperhatikan keunikan variasi didalam melaksanakan tindakan secara aman dan nyaman ( Walley dan Wong,2001 ).
Memberikan makanan melalui sonde adalah memasukkan formula cairan makanan atau obat dalam perut dengan cara memasukkan selang makanan lewat hidung atau mulut kedalam perut, pola pasien yang tidak bisa menelan dan tidak sadar.
Memasang sonde adalah pemasangan selang plastik lunak melalui nasofaring klien ke dalam lambung. (Perry Dan Potter,2000)
Menurut Siti Bandiyah (2009) Pemberian makanan melalui selang penduga lambung (maagslang) dilakukan pada pasien :
1)      Pasien yang tidak dapat makan, menelan, atau pasien yang tidak sadar.
2)      Pasien yang terus menerus tidak mau makan sehingga membahayakan jiwanya, misalnya pasien psikiatri (kelainan jiwa)
3)      Pasien yang muntah terus menerus
4)      Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), prematur, atau dismature.
3.2       Tujuan dan Manfaat Tindakan
  1. Mengeluarkan isi perut dengan cara menghisap apa yang ada dalam lambung(cairan,udara,darah,racun)
  2. Untuk memasukan cairan( memenuhi kebutuhan cairan atau nutrisi)
  3. Untuk membantu memudahkan diagnosa klinik melalui analisa subtansi isi lambung
  4. Persiapan sebelum operasi dengan general anaesthesia
  5. Menghisap dan mengalirkan untuk pasien yang sedang melaksanakan operasi pneumonectomy untuk mencegah muntah dan kemungkinan aspirasi isi lambung sewaktu recovery (pemulihan dari general anaesthesia)
3.3       Indikasi dan Kontraindikasi Pemasangan NGT
3.3.1    INDIKASi
~        Pasien dengan distensi abdomen karena gas,darah dan cairan
~        Keracunan makanan minuman
~        Pasien yang membutuhkan nutrisi melalui NGT
~        Pasien yang memerlukan NGT untuk diagnosa atau analisa isi lambung
3.3.2    KONTRAINDIKASI:
Nasogastric tube tidak dianjurkan atau digunakan dengan berlebihan kepada beberapa pasien predisposisi yang bisa mengakibatkan bahaya sewaktu memasang NGT,seperti:
¨      Klien dengan sustained head trauma, maxillofacial injury, atau anterior fossa skull fracture. Memasukan NGT begitu saja melalui hidung maka potensial akan melewati criboform plate, ini akan menimbulkan penetrasi intracranial.
¨      Klien dengan riwayat esophageal stricture, esophageal varices, alkali ingestion juga beresiko untuk esophageal penetration.
¨      Klien dengan Koma juga potensial vomiting dan aspirasi sewaktu memasukan NGT, pada tindakan ini diperlukan tindakan proteksi seperti airway dipasang terlebih dahulu sebelum NGT
¨      Pasien dengan gastric bypass surgery yang mana pasien ini mempunyai kantong lambung yang kecil untuk membatasi asupan makanan
konstruksi bypass adalah dari kantong lambung yang kecil ke duodenum dan bagian bagain usus kecil yang menyebabkan malabsorpsi(mengurangi kemampuan untuk menyerap kalori dan nutrisi.
3.4       KOMPLIKASI YANG DISEBABKAN OLEH NGT
3.4.1    Komplikasi mekanis
a)      Agar sonde tidak tersumbat
perawat atau pasien harus teratur membersihkan sonde dengan menyemprotkan air atau teh sedikitnya tiap 24 jam. bila aliran nutrisi enteral sementara terhenti, sonde harus dibersihkan setiap 30 menit dengan menyemprotkan air atau teh.
b)      Agar sonde tidak mengalami dislokasi
sonde harus dilekatkan dengan sempurna di sayap hidung dengan plester yang baik tanpa menimbulkan rasa sakit. posisi kepala pasien harus lebih tinggi dari alas tempat tidur (+ 30°)
3.4.2    Komplikasi pulmonal: aspirasi
a)      Kecepatan aliran nutrisi enteral tidak boleh terlalu tinggi
b)      Letak sonde mulai hidung sampai ke lambung harus sempurna.
Untuk mengontrol letak sonde tepat di lambung, kita menggunakan stetoskop guna auskultasi lambung sambil menyemprot udara melalui sonde.
3.4.3    Komplikasi yang disebabkan oleh tidak sempurnanya kedudukan sonde
a)      sebelum sonde dimasukkan, harus diukur dahulu secara individual (pada setiap pasien) panjangnya sonde yang diperlukan, dari permukaan lubang hidung sampai keujung distal sternum.
b)      sonde harus diberi tanda setinggi permukaan lubang hidung
c)      sonde harus dilekatkan dengan sempurna di sayap hidung dengan plester yang baik tanpa menimbulkan rasasakit
d)     perawat dan pasien harus setiap kali mengontrol letaknya tanda di sonde, apakah masih tetap tidak berubah (tergeser).
3.4.4    Komplikasi yang disebabkan oleh yang zat nutrisi antara lain
3.4.4.1 Komplikasi yang terjadi di usus
  • Diare
  • Perut terasa penuh
  • Rasa mual, terutama pada masa permulaan pemberian nutrisi enteral
3.4.4.2 Komplikasi metabolik hiperglikemia
Perencanaan keperawatanya dari komplikasi yang terjadi di usus. Pemberian nutrisi enteral harus dilakukan secara bertahap.
      Tahap pembangunan; dengan mempergunakan mesin pompa
Hari 1 : kecepatan aliran 20 ml/jam = 480 ml/hari
Hari 2 : kecepatan aliran 40 ml/jam = 960 ml/hari
Hari 3 : kecepatan aliran 60 ml/jam = 1440 ml/hari
Hari 4 : kecepatan aliran 80 ml/jam = 1920 ml/hari
Hari 5 : kecepatan aliran 100 ml/jam = 2400 ml/hari = 2400 kcal/hari
Kekurangan kebutuhan cairan dalam tubuh pada hari pertama sampai dengan hari keempat harus ditambahkan dalam bentuk air, teh atau dengan sistem infus (parenteral).
Selanjutnya ada dua kemungkinan:
ü  Kemungkinan I
Nutrisi enteral konsep 24 jam:
Kecepatan aliran nutrisi enteral tetap 100 ml/jam = 2400
ml/hari = 2400 kcal/hari.
ü  Kemungkinan II
Hari 6: kecepatan aliran 120 ml/jam (selama 20 jam/hari)
Hari 7: kecepatan aliran 140 ml/jam (selama 17 jam/hari)
Hari 8: kecepatan aliran 160 ml/jam (selama 15 jam/hari)
Hari 9: kecepatan aliran 180 ml/jam (selama 13 jam/hari)
Hari 10: kecepatan aliran 200 ml/jam (selama 12 jam/hari) Nutrisi enteral konsep 12 jam
Kecepatan aliran nutrisi enteral tetap 200 ml/jam = 2400ml/hari = 2400 kcal/hari. Maksud konsep 12 jam ini agar pasien hanya terikat oleh pemberian nutrisi enteral selama 12 jam sehari. Misalnya,hanya antara jam 19 sampai jam 7 pagi sambil tidur. Apabila timbul rasa mual atau diare, pada waktu tahap pembangunan dianjurkan supaya kecepatan aliran nutrisi enteral diturunkan 40 ml/jam.
3.4.4.3 Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan
a)      Ciptakan lingkungan yang nyaman disekitar pasien
b)      Sebelum dihidangkan, makanan diperiksa dahulu, apakah sudah sesuai dengan daftar makanan / diet pasien.
c)      Usahakan makanan dihidangkan dalam keadaan hangat kecuali kontra indikasi
d)     Sajikan makanan secukupnya, tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit
e)      Peralatan harus bersih.
3.5       Persiapan
3.5.1    Persiapan Alat Dan Bahan Bagi Petugas
Baki dan alas berisi :
  1. Slang nasogastrik (NGT) steril sesuai kebutuhan (Bayi : no.5-8, Anak : no.10-14, Dewasa : no.16-18)
  2. Handschoon steril 1 pasang
  3. Pinset anatomi steril 1 buah
  4. Spuit 5 cc
  5. Jelly / vaselin
  6. Stetoskop
  7. Plester perekat dan gunting
  8. Cucing berisi kertas lakmus
  9. Lidi watten atau cutton bud
  10. Mangkok berisi air matang (bila tidak ada stetoskop)
  11. Makanan dalam bentuk cair
  12. Spuit 20-50 ml
  13. Corong makan (bila perlu)
  14. Gelas berisi air matang untuk membilas
  15. Obat-obatan (bila ada)
  16. Waskom berisi larutan clorin 0,5%
  17. Sampah medis dan non medis
  18. Buku catatan dan alat tulis
3.5.2    Persiapan Pasien
1)      beri tahu pasien / orang tua (pada pasien bayi atau anak-anak) tindakan yang akan dilakukan.
2)      atur posisi pasien dengan posisi kepala lebih tinggi dari bidan atau posisi semi fowler dengan bantuan bantal dibelakang dan dibahu, pasien yang gelisah / tidak tenang sebaiknya diikat kaki dan tangannya.
3)      bentangkan serbet atau pengalas di bawah dagu pasien
3.5.3    Persiapan Ruangan
1)      pasang sampiran atau penutup tirai
2)      ruangan harus bersih
3.6       prosedur kerja
3.6.1    Pemasangan sonde
  1. Mengecek program terapi medik, Menyiapkan alat dan disusun secara ergonomis (secara berurutan)
  2. Bersihkan daerah hidung dengan cutton
  3. Pasang pengalas di daerah dada
  4. Letakkan bengkok di dekat pasien
  5. Ukur selang untuk memperkirakan panjang pemasangan dan tandai titik dengan plater kecil / klem. 2 metode standar pengukuran panjang adalah sebagai berikut :
    1. Mengukur dari hidung ke daun telinga dan kemudian ke ujung prosesus xifoideus
    2. Mengukur dari hidung ke daun telinga dan kemudian ke titik tengah antara prosesus xifoideus dan umbilikus
    3. Berikan jelly pada ujung selang dan tutp NGT / klem
    4. Masukkan melalui hidung secara perlahan-lahan sambil pasien dianjurkan untuk menelan, dan perhatikan reaksi pasien (hentikan tindakan bila pasien batuk / bersin / muntah)
    5. Tentukan apakah pipa tersebut benar-benar sudah masuk kedalam lambung dengan cara :
      1. Masukkan ujung selang yang di klem ke dalam wascom berisi air, buka klem / tutup NGT dan perhatikan jika ada gelembung berarti ujung NGT masuk ke dalam paru, dan jika tidak ada gelembung berarti sudah masuk ke dalam lambung. Setelah itu di klem/ dilipat kembali
      2. Masukkan udara dengan spuit 3cc ke dalam lambung melalui NGT dan dengarkan dengan stetoskop, bila terdengar bunyi berarti sudah masuk ke lambung, setelah itu tarik kembali spuit untuk mengekuarkan udara yang sudah dimasukkan
    6. Stabilkan selang dengan menahannya / memplesternya ke pipi, bukan ke dahi karena kemungkinan terjadinya kerusakan pada lubang hidung. Untuk mempertahankan letak yang tepat ukur dan catat panjang selangyang dimasukkan dari hidung/ mulut ke lubang bagian distal saat selang di pasang untuk pertamakalinya. Perksa ulang pengukuran ini setiap kali sebelum pamberian makan
    7. Setelah selesai maka lakukan tindakan pemberian makanan dengan cara pasang spuit pada ujung pipa
    8. Berikan makanan dalam bentuk cair yang tersedia dengan cara menghangatkan dulu makanan cair sesuai suhu ruangan. Untuk memulai aliran, berikan dorongan lembut dengan plunger, tetapi kemudian lepaskan plunger dan biarkan air mengalir ke dalam lambung berdasarkan gravitasi
3.6.2        pelepasan sonde
1        Bilas selang dengan air steril (1/2 ml untuk selang kecil, 5-15 ml / lebih untuk selang yang besar)
2        Tutup atau klem selang untuk mencegah hilangnya makanan
3        Catat reaksi pasien pasca pemberian makanan, rapikan alat, pasien dan lingkungan. Petugas mencuci tangan dengan teknik 7 langkah dan dokumentasikan tindakan.
Dokumentasi :
  • Tanggal dan waktu insersi selang
  • Warna dan jumlah drainase
  • ukuran dan tipe selang
  • Toleransi klien terhadap prosedur

3.6.3    Hasil yang diharapkan
  • Klien tidak mempunyai keluhan mual dan muntah
  • Klien berkurang rasa nyeri dari distensi abdomen
  • Distensi abdomen berkurang
  • Kebutuhan nutrisi terpenuhi
  • Tidak terjadi aspirasi


Ø  Pipet jika perlu
Ø  Pisau jika perlu
Ø  Obat jika ada
Ø  Makanan dengan porsi dan menu sesuai program
Ø  Meja untuk klien

E.     PROSEDUR KERJA DAN RASIONAL
1.      Alat – alat di dekatkan di tempat tidur klien
·   rasional : memudahkan dalam menggapai peralatan yang dibutuhkan.
2.      Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan
·   Rasioal            : agar klien mengetahui apa yang hendak perawat laksanakan sehingga mengurangi kecemasan.
3.      Cuci tangan
·   Rasional : mencegah infeksi silang.
4.      Atur posisi pasien (paien mencoba) dengan posisi semi fowler setengah duduk sesuai kondisi pasien.
·   Rasional : memudahkan klien untuk menelan.
5.      Pasang pengalas/ serbet di bawah dagu.
·   Rasional : agar makanan tidak mengotori pakaian klien
6.      Tawakan pasien melakukan ritual makan (misalkan berdoa sebelum makan)
·   Rasional : berhubungan dengan spiritual klien
7.      Tanyakan lauk dan pauk apa yang boleh dicampur dengan nasi.
·   Rasional : sesuai dengan diet pasien.
8.      Bantu aktivitas dengan cara menyuap makan sedikit demi sedikit dan berikan minuman setelah makan .
·   Rasional : membantu klien dalam mengunyah hingga menelan makanannya
9.      Bila selesai makan, bersihkan mulut pasien
·   Rasional : menjaga kebersihan mulut klien.
10.  Jika ada obat lanjutkan pemberian obat
·   Rasional : pemberian obat anteceanam, membantu kesembuhan klien (sesuai waktu pemberian obat)
11.  Setelah makan, minum dan pemberian obat anjurkan pasien untuk duduk sejenak sebelum kembali berbaring
·   Rasional : memberikan kesempatan pada klien untuk relaksasi.
12.  Rapikan alat dan kembalikan ke tempatnya
·   Rasional : pengembalian alat pada tempatnya untuk penggunaan selanjutnya.
13.  Catat tindakan dan hasil atau respon terhadap tindakan (catat apa jumlah/porsi makanan yang dihabiskan)
·   Rasional : sebagai data dalam pengkajian klien.
14.  Cuci tangan setelah setelah prosedur dilakukan
·   Rasional : mencegah infeksi silang.

Teknik Pemberian Oksigen dengan Face Mask dan Nasal Kanul



Alatnya sederhana dapat memberikan oksigen dengan aliran 1-6lt/menit dan konsentrasi oksigen sebesar 24%-44%.
Cara pemasangan :
  • Terangkan prosedur pada klien
  • Atur posisi klien yang nyaman(semi fowler)
  • Atur peralatan oksigen dan humidiflier
  • Hubungkan kanula dengan selang oksigen ke humidiflier dengan aliran oksigen yang rendah,beri pelicin(jelly) pada kedua ujung kanula.
  • Masukan ujung kanula ke lubang hidung
  • Fiksasi selang oksigen
  • Alirkan oksigen sesuai yang diingiinkan.
Keuntungan
  • Toleransi klien baik
  • Pemasangannya mudah
  • Klien bebas untuk makan dan minum
  • Harga lebih murah
Kerugian
  • Mudah terlepas
  • Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari 44%
  • Suplai oksigen berkurang jika klien bernafas lewat mulut
  • Mengiritasi selaput lender, nyeuri sinus
 
Sungkup Muka / Masker
1. Sungkup muka sederhana
Aliran oksigen melalui alat ini sekitar 5-8lt/menit dengan koonsentrasi 40-60%.
Cara pemasangan :
  • Terangkan prosedur pada klien
  • Atur posisi yang nyaman pada klien (semi fowler)
  • Hubungkan selang oksigen pada sungkup muka sederhana dengan humidiflier.
  • Tepatkan sungkup muka sederhana, sehingga menutupi hidung dan mulut klien
  • Lingkarkan karet sungkunp kepada kepala klien agar tidak lepas
  • Alirkan oksigen sesuai kebutuhan.
Keuntungan
  • Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari nasal kanula
  • system humidifikasi dapat di tingkatkan
Kerugian
  • Umumnya tidak nyaman bagi klien
  • Membuat rasa panas, sehingga mengiritasi mulut dan pipi
  • Aktivitas makan dan berbicara terganggu
  • Dapat menyebabkan mual dan muntah, sehingga dapat menyebabkan aspirasi
  • Jika alirannya rendah dapat menyebabkan penumpukan karbondioksida

2. Sungkup muka dengan kantung rebreathing
Konsentrrasi ooksigen yang di berikan lebih tinggi dari pada sungkup muka sederhana yaitu 60-80% dengan aliran oksigen 8-12lt/menit. Indikasi penggunaan adalah pada klien dengan kadar tekanan karbondioksida yang rendah, udara inspirasi sebagian tercampur dengan udara ekspirasi sehingga konsentrasi karbondioksida lebih tinggi dari pada sungkup sederhana.
Cara pemakaian :
  • Terangkan prosedur pada klien
  • Hubungkan selang oksigen dengan humidiflier dengan aliran rendah
  • Isi oksigen kedalam kantong dengan cara menutup lubang antara kantung dengan sungkup
  • Atur tali pengikat sungkup sehingga menutup rapat dan nyaman. Bila perlu pakai kasa pada daerah yang tertekan.
  • Sesuaikan aliran oksigen, sehingga kantung akan terisi waktu ekspirasi dan hampir kuncup waktu inspirasi
Keuntungan
  • Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari pada sungkup muka sederhana
  • Tidak mengeringkan selaput lendir
Kerugian
  • Kantung oksigen bisa terlipat
  • Menyebabkan penumpukan oksigen jika aliran terlalu rendah

3. Sungkup muka non breathing
Memberikan konsentrasi oksigen sampai 99% dengan aliran yang sama pada kantong rebreathing. Pada  prinsipnya, udara inspirasi tidak tercampur dengan ekspirasi. Indikasi penggunaan adalah pada klien dengan kadar tekanan karbondioksida yang tinggi.
Cara pemasangan sama dengan sungkup muka kantong rebreathing.
Keuntungan
  • Konsentrasi oksigen hampir  diperoleh 100% karena adanya katup satu arah antara kantong dan sungkup, sehingga kantung mengandung konsentrasi oksigen yang tinggi dan tidak tercampur dengan udara ekspirasi.
  • Tidak mengeringkan selaput lender
Kerugian
  • Kantung oksigen bisa terlipat
  • Berisiko untuk terjadi keracunan oksigen
  • Tidak nyaman bagi klien


Fisioterapi Dada
Fisioterapi dada merupakan suatu rangkaian tindakan keperawatan yang terdiri atas perkusi, vibrasi, postural drainage. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan efesiensi pola pernapasan dan membersihkan jalan napas.

a.       Perkusi (clapping)
pukulan kuat pada dinding dada dan punggung dengan tangan di bentuk seperti mangkuk. Tujuan secara mekanik dapat melepaskan secret yang melekat pada dinding bronkus.
prosedur :
  • tutup area yang akan dilakukan perkusi dengan handuk atau pakaian untuk mengurangi ketidaknyamanan.
  • Anjurkan klien tarik nafas dalam dan lambat untuk meningkatkan relaksasi
  • Perkusi pada tiap segmen paru selama 1-2 menit
  • Tidak boleh dilakukan pada daerah dengan struktur yang mudah terjadi cedera. Seperti : mammae, sternum dan ginjal.


b.      Vibrasi
getaran kuat secara serial yang dihasilkan oleh tangan perawat yang di letakkan datar pada dinding dada klien.  Tujuan digunakan setelah perkusi untuk meningkatkan turbulensi udara ekspirasi dan melepaskan mukus yang kental, sering dilakukan bergantian dengan perkusi.
Prosedur :      
  • Letakan tangan, telapak tangan menghadap ke bawah di area dada yang akan di drainage.Satu tangan diatas tangan yang lain dengan jari-jari menempel bersama dan ekstensi. Cara yang lain bisa di letakan secara bersebelahan.
  • Anjurkan klien untuk menarik nafas dalam melalui hidung dan menghembuskan nafas secara lambat lewat mulut.
  • Selama masa ekspirasi, tegangkan seluruh otot tangan dan lengan dan gunakan hampir semua tumit tangan. Getarkan(kejutkan) tangan, gerakan kea rah bawah. Hentikan getaran jika klien melakukan inspirasi.
  • Setelah tiap kali vibrasi, anjurkan klien batuk dan keluarkan secret.
c.       Postural drainage
salah satu intervensi untuk melepaskan sekresi dari berbagai segmen paru-paru dengan menggunakan pengaruh gaya grafitasi. Waktu yang terbaik untuk melakukannya yaitu sekitar 1jam sebelum sarapan pagi dan sekitar 1jam  sebelum tidur pada malam hari. Padahal drainage harus lebih sering dilakukan apabila lender kien berubah warnanya menjadi kehijauan dan kental atau ketika klien menderita demam.
Hal yang harus diperhatikan dalam melakukan postural drainage antara lain :
  • Batuk 2 atau 3 kali setelah setiap kali berganti posisi
  • Minum air hangat setiiap hari 2 liter
  • Jika harus menghirup bronkodilator, lakukanlah 15menit sebelum melakukan postural drainage
  • Lakukan  latiha n nafas dan latihan lain yang dapat membantu mengencerkan lender.

Peralatan :
  • Bantal 2 atau 3
  • Papan pengatur posisi
  • Tisu wajah
  • Segelas air
  • Sputum pot
Prosedur :
  • Cuci tangan
  • Pilih area yang tersumbat yang akan di drainage berdasarkan pengakajian semua area paru, dan data klinis.
  • Baringkan klien dalam posisi duduk untuk mendrainage area yang tersumbat
  • Minta klien mempertahankan posisi tersebut selama 10-15menit
  • Selama 10-15 menit drainage pada posisi tersebut, lakukan perkusi dan vibrasi dada di atas area yang di drainage.
  • Setelah drainage pada posisi pertama, minta klien duduk dan batuk, bila tidak bisa batuk, lakikan suction. Tampung sputum di pot.
  • Ulangi pengkajian dada pada bidang paru
  • Cuci tangan
  • Dokumentasikan