.
PENGERTIAN
Pemberian
makanan secara oral adalah pemberian makanan dan minuman pada klien secara
langsung melalui mulut.
B.
TUJUAN
Adapun
tujuan pemberian makanan melalui oral adalah untuk pemenuhan kebutuhan pasien.
C.
INDIKASI
Pada pasien yang bias
makan sendiri.
Pada pasien yang tidak
bisa makan sendiri.
D.
PERSIAPAN ALAT
Ø Piring
Ø Sendok
Ø Garpu
Ø Gelas dengan penutupnya
Ø Serbet
Ø Mangkok cuci tangan
Ø Pengalas
Ø Tempat cuci tangan
Pengertian
Pemasangan nasogastric tubes (NGT)
Merupakan tindakan yang dilakukan pada pasien dengan tujuan memasukkan makanan
cair atau obat obatan, mengeluarkan cairan dalam lambung, melakukan irigasi
karena adanya pendarahan lambung atau keracuanan, mengurangi mual atau muntah
setelah pembedahan dan mengambil spesimen dalam lambung untuk bahan
pemeriksaan.
Nasogastric tubes (NGT) sering
digunakan untuk menhisap isi lambung, juga digunakan untuk memasukkan
obat-obatan dan makanan. NGT ini digunakan hanya dalam waktu yang singkat (
Metheny dan Titler,2001 )
Pemberian nutrisi melalui pipa
penduga merupakan tindakan pada pasiean yang tidak mampu memenuhi kebutuhan
nutrisi secara oral. (Musrifatul Dan A.Azis A,2008).
Memasang nasogastrik adalah
melakukan pemasangan selang dari rongga hidung ke lambung. (Eni Kusyati,2006)
Inersi slang nasogastric adalah
pemasangan slang plastik lunak melalui nasofaring ke dalam lambung. (Anne
Griffin dkk,2005 )
Tindakan ini dilakukan pada pasien
tidak sadar, pasien tidak mampu menelan, pasca operasi mulut / oesophagus, dan
dan masalah saluran pencernaan atas, seperti tumor mulut, stenosis esophagus,
fraktur tulang rahang, tidak dapat menelan karena paralisis tenggorokan, bayi
prematur yang terlalu lemah untuk menelan, pasien yang tidak mau makan sendiri
seperti psikose, pemasangan pada hidung dilakukan pada pasien dengan pernafasan
reguler, dengan menggunakan sonde ukuran kecil, sedang pasien yang mengalami
pernafasan irreguler biasanya dipasang dengan ukuran sonde yang lebih besar dan
lain lain
“Nasogastric” terdiri dari dua kata,
dari bahasa Latin dan dari bahasa Yunani, Naso adalah suatu kata yang
berhubungan dengan hidung dan berasal dari Latin “nasus”untuk hidung atau
moncong hidung.
Gastik berasal dari bahasa Yunani “gaster” yang artinya the paunch ( perut gendut ) atau yang berhubungan dengan perut. Istilah “nasogastric” bukanlah istilah kuno melainkan sudah disebut pada tahun 1942.
Gastik berasal dari bahasa Yunani “gaster” yang artinya the paunch ( perut gendut ) atau yang berhubungan dengan perut. Istilah “nasogastric” bukanlah istilah kuno melainkan sudah disebut pada tahun 1942.
Sebagai pemasangan NGT , harus
berhati-hati dalam melaksanakan tindakan serta memperhatikan keunikan variasi
didalam melaksanakan tindakan secara aman dan nyaman ( Walley dan Wong,2001 ).
Memberikan makanan melalui sonde
adalah memasukkan formula cairan makanan atau obat dalam perut dengan cara
memasukkan selang makanan lewat hidung atau mulut kedalam perut, pola pasien
yang tidak bisa menelan dan tidak sadar.
Memasang sonde adalah pemasangan
selang plastik lunak melalui nasofaring klien ke dalam lambung. (Perry Dan
Potter,2000)
Menurut Siti Bandiyah (2009)
Pemberian makanan melalui selang penduga lambung (maagslang) dilakukan pada
pasien :
1)
Pasien yang tidak dapat makan, menelan, atau pasien yang tidak sadar.
2)
Pasien yang terus menerus tidak mau makan sehingga membahayakan jiwanya,
misalnya pasien psikiatri (kelainan jiwa)
3)
Pasien yang muntah terus menerus
4)
Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), prematur, atau dismature.
3.2
Tujuan dan Manfaat Tindakan
- Mengeluarkan isi perut dengan cara menghisap apa yang ada dalam lambung(cairan,udara,darah,racun)
- Untuk memasukan cairan( memenuhi kebutuhan cairan atau nutrisi)
- Untuk membantu memudahkan diagnosa klinik melalui analisa subtansi isi lambung
- Persiapan sebelum operasi dengan general anaesthesia
- Menghisap dan mengalirkan untuk pasien yang sedang melaksanakan operasi pneumonectomy untuk mencegah muntah dan kemungkinan aspirasi isi lambung sewaktu recovery (pemulihan dari general anaesthesia)
3.3
Indikasi dan Kontraindikasi Pemasangan NGT
3.3.1 INDIKASi
3.3.1 INDIKASi
~
Pasien dengan distensi abdomen karena gas,darah dan cairan
~
Keracunan makanan minuman
~
Pasien yang membutuhkan nutrisi melalui NGT
~
Pasien yang memerlukan NGT untuk diagnosa atau analisa isi lambung
3.3.2 KONTRAINDIKASI:
Nasogastric tube tidak dianjurkan
atau digunakan dengan berlebihan kepada beberapa pasien predisposisi yang bisa
mengakibatkan bahaya sewaktu memasang NGT,seperti:
¨
Klien dengan sustained head trauma, maxillofacial injury, atau anterior fossa
skull fracture. Memasukan NGT begitu saja melalui hidung maka potensial akan
melewati criboform plate, ini akan menimbulkan penetrasi intracranial.
¨
Klien dengan riwayat esophageal stricture, esophageal varices, alkali ingestion
juga beresiko untuk esophageal penetration.
¨
Klien dengan Koma juga potensial vomiting dan aspirasi sewaktu memasukan NGT,
pada tindakan ini diperlukan tindakan proteksi seperti airway dipasang terlebih
dahulu sebelum NGT
¨
Pasien dengan gastric bypass surgery yang mana pasien ini mempunyai kantong
lambung yang kecil untuk membatasi asupan makanan
konstruksi bypass adalah dari kantong lambung yang kecil ke duodenum dan bagian bagain usus kecil yang menyebabkan malabsorpsi(mengurangi kemampuan untuk menyerap kalori dan nutrisi.
konstruksi bypass adalah dari kantong lambung yang kecil ke duodenum dan bagian bagain usus kecil yang menyebabkan malabsorpsi(mengurangi kemampuan untuk menyerap kalori dan nutrisi.
3.4
KOMPLIKASI YANG DISEBABKAN OLEH NGT
3.4.1 Komplikasi
mekanis
a)
Agar sonde tidak tersumbat
perawat atau pasien harus teratur
membersihkan sonde dengan menyemprotkan air atau teh sedikitnya tiap 24 jam.
bila aliran nutrisi enteral sementara terhenti, sonde harus dibersihkan setiap
30 menit dengan menyemprotkan air atau teh.
b)
Agar sonde tidak mengalami dislokasi
sonde harus dilekatkan dengan
sempurna di sayap hidung dengan plester yang baik tanpa menimbulkan rasa sakit.
posisi kepala pasien harus lebih tinggi dari alas tempat tidur (+ 30°)
3.4.2 Komplikasi
pulmonal: aspirasi
a)
Kecepatan aliran nutrisi enteral tidak boleh terlalu tinggi
b)
Letak sonde mulai hidung sampai ke lambung harus sempurna.
Untuk mengontrol letak sonde tepat
di lambung, kita menggunakan stetoskop guna auskultasi lambung sambil
menyemprot udara melalui sonde.
3.4.3 Komplikasi
yang disebabkan oleh tidak sempurnanya kedudukan sonde
a)
sebelum sonde dimasukkan, harus diukur dahulu secara individual (pada setiap
pasien) panjangnya sonde yang diperlukan, dari permukaan lubang hidung sampai
keujung distal sternum.
b)
sonde harus diberi tanda setinggi permukaan lubang hidung
c)
sonde harus dilekatkan dengan sempurna di sayap hidung dengan plester yang baik
tanpa menimbulkan rasasakit
d) perawat
dan pasien harus setiap kali mengontrol letaknya tanda di sonde, apakah masih
tetap tidak berubah (tergeser).
3.4.4 Komplikasi
yang disebabkan oleh yang zat nutrisi antara lain
3.4.4.1 Komplikasi yang terjadi di usus
3.4.4.1 Komplikasi yang terjadi di usus
- Diare
- Perut terasa penuh
- Rasa mual, terutama pada masa permulaan pemberian nutrisi enteral
3.4.4.2 Komplikasi metabolik
hiperglikemia
Perencanaan keperawatanya dari
komplikasi yang terjadi di usus. Pemberian nutrisi enteral harus dilakukan
secara bertahap.
Tahap
pembangunan; dengan mempergunakan mesin pompa
Hari 1 : kecepatan aliran 20 ml/jam
= 480 ml/hari
Hari 2 : kecepatan aliran 40 ml/jam = 960 ml/hari
Hari 3 : kecepatan aliran 60 ml/jam = 1440 ml/hari
Hari 4 : kecepatan aliran 80 ml/jam = 1920 ml/hari
Hari 5 : kecepatan aliran 100 ml/jam = 2400 ml/hari = 2400 kcal/hari
Hari 2 : kecepatan aliran 40 ml/jam = 960 ml/hari
Hari 3 : kecepatan aliran 60 ml/jam = 1440 ml/hari
Hari 4 : kecepatan aliran 80 ml/jam = 1920 ml/hari
Hari 5 : kecepatan aliran 100 ml/jam = 2400 ml/hari = 2400 kcal/hari
Kekurangan kebutuhan cairan dalam
tubuh pada hari pertama sampai dengan hari keempat harus ditambahkan dalam
bentuk air, teh atau dengan sistem infus (parenteral).
Selanjutnya ada dua kemungkinan:
Selanjutnya ada dua kemungkinan:
ü Kemungkinan I
Nutrisi enteral konsep 24 jam:
Kecepatan aliran nutrisi enteral tetap 100 ml/jam = 2400
ml/hari = 2400 kcal/hari.
Nutrisi enteral konsep 24 jam:
Kecepatan aliran nutrisi enteral tetap 100 ml/jam = 2400
ml/hari = 2400 kcal/hari.
ü Kemungkinan II
Hari 6: kecepatan aliran 120 ml/jam (selama 20 jam/hari)
Hari 7: kecepatan aliran 140 ml/jam (selama 17 jam/hari)
Hari 8: kecepatan aliran 160 ml/jam (selama 15 jam/hari)
Hari 9: kecepatan aliran 180 ml/jam (selama 13 jam/hari)
Hari 10: kecepatan aliran 200 ml/jam (selama 12 jam/hari) Nutrisi enteral konsep 12 jam
Kecepatan aliran nutrisi enteral tetap 200 ml/jam = 2400ml/hari = 2400 kcal/hari. Maksud konsep 12 jam ini agar pasien hanya terikat oleh pemberian nutrisi enteral selama 12 jam sehari. Misalnya,hanya antara jam 19 sampai jam 7 pagi sambil tidur. Apabila timbul rasa mual atau diare, pada waktu tahap pembangunan dianjurkan supaya kecepatan aliran nutrisi enteral diturunkan 40 ml/jam.
Hari 6: kecepatan aliran 120 ml/jam (selama 20 jam/hari)
Hari 7: kecepatan aliran 140 ml/jam (selama 17 jam/hari)
Hari 8: kecepatan aliran 160 ml/jam (selama 15 jam/hari)
Hari 9: kecepatan aliran 180 ml/jam (selama 13 jam/hari)
Hari 10: kecepatan aliran 200 ml/jam (selama 12 jam/hari) Nutrisi enteral konsep 12 jam
Kecepatan aliran nutrisi enteral tetap 200 ml/jam = 2400ml/hari = 2400 kcal/hari. Maksud konsep 12 jam ini agar pasien hanya terikat oleh pemberian nutrisi enteral selama 12 jam sehari. Misalnya,hanya antara jam 19 sampai jam 7 pagi sambil tidur. Apabila timbul rasa mual atau diare, pada waktu tahap pembangunan dianjurkan supaya kecepatan aliran nutrisi enteral diturunkan 40 ml/jam.
3.4.4.3 Hal-Hal Yang Harus
Diperhatikan
a)
Ciptakan lingkungan yang nyaman disekitar pasien
b)
Sebelum dihidangkan, makanan diperiksa dahulu, apakah sudah sesuai dengan
daftar makanan / diet pasien.
c)
Usahakan makanan dihidangkan dalam keadaan hangat kecuali kontra indikasi
d) Sajikan
makanan secukupnya, tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit
e)
Peralatan harus bersih.
3.5
Persiapan
3.5.1 Persiapan Alat Dan Bahan Bagi Petugas
3.5.1 Persiapan Alat Dan Bahan Bagi Petugas
Baki dan alas berisi :
- Slang nasogastrik (NGT) steril sesuai kebutuhan (Bayi : no.5-8, Anak : no.10-14, Dewasa : no.16-18)
- Handschoon steril 1 pasang
- Pinset anatomi steril 1 buah
- Spuit 5 cc
- Jelly / vaselin
- Stetoskop
- Plester perekat dan gunting
- Cucing berisi kertas lakmus
- Lidi watten atau cutton bud
- Mangkok berisi air matang (bila tidak ada stetoskop)
- Makanan dalam bentuk cair
- Spuit 20-50 ml
- Corong makan (bila perlu)
- Gelas berisi air matang untuk membilas
- Obat-obatan (bila ada)
- Waskom berisi larutan clorin 0,5%
- Sampah medis dan non medis
- Buku catatan dan alat tulis
3.5.2 Persiapan Pasien
1) beri tahu pasien / orang tua (pada pasien bayi atau
anak-anak) tindakan yang akan dilakukan.
2) atur posisi pasien dengan posisi kepala lebih tinggi dari
bidan atau posisi semi fowler dengan bantuan bantal dibelakang dan dibahu,
pasien yang gelisah / tidak tenang sebaiknya diikat kaki dan tangannya.
3) bentangkan serbet atau pengalas di bawah dagu pasien
3.5.3 Persiapan
Ruangan
1)
pasang sampiran atau penutup tirai
2)
ruangan harus bersih
3.6
prosedur kerja
3.6.1 Pemasangan
sonde
- Mengecek program terapi medik, Menyiapkan alat dan disusun secara ergonomis (secara berurutan)
- Bersihkan daerah hidung dengan cutton
- Pasang pengalas di daerah dada
- Letakkan bengkok di dekat pasien
- Ukur selang untuk memperkirakan panjang pemasangan dan tandai titik dengan plater kecil / klem. 2 metode standar pengukuran panjang adalah sebagai berikut :
- Mengukur dari hidung ke daun telinga dan kemudian ke ujung prosesus xifoideus
- Mengukur dari hidung ke daun telinga dan kemudian ke titik tengah antara prosesus xifoideus dan umbilikus
- Berikan jelly pada ujung selang dan tutp NGT / klem
- Masukkan melalui hidung secara perlahan-lahan sambil pasien dianjurkan untuk menelan, dan perhatikan reaksi pasien (hentikan tindakan bila pasien batuk / bersin / muntah)
- Tentukan apakah pipa tersebut benar-benar sudah masuk kedalam lambung dengan cara :
- Masukkan ujung selang yang di klem ke dalam wascom berisi air, buka klem / tutup NGT dan perhatikan jika ada gelembung berarti ujung NGT masuk ke dalam paru, dan jika tidak ada gelembung berarti sudah masuk ke dalam lambung. Setelah itu di klem/ dilipat kembali
- Masukkan udara dengan spuit 3cc ke dalam lambung melalui NGT dan dengarkan dengan stetoskop, bila terdengar bunyi berarti sudah masuk ke lambung, setelah itu tarik kembali spuit untuk mengekuarkan udara yang sudah dimasukkan
- Stabilkan selang dengan menahannya / memplesternya ke pipi, bukan ke dahi karena kemungkinan terjadinya kerusakan pada lubang hidung. Untuk mempertahankan letak yang tepat ukur dan catat panjang selangyang dimasukkan dari hidung/ mulut ke lubang bagian distal saat selang di pasang untuk pertamakalinya. Perksa ulang pengukuran ini setiap kali sebelum pamberian makan
- Setelah selesai maka lakukan tindakan pemberian makanan dengan cara pasang spuit pada ujung pipa
- Berikan makanan dalam bentuk cair yang tersedia dengan cara menghangatkan dulu makanan cair sesuai suhu ruangan. Untuk memulai aliran, berikan dorongan lembut dengan plunger, tetapi kemudian lepaskan plunger dan biarkan air mengalir ke dalam lambung berdasarkan gravitasi
3.6.2
pelepasan sonde
1
Bilas selang dengan air steril (1/2 ml untuk selang kecil, 5-15 ml / lebih
untuk selang yang besar)
2
Tutup atau klem selang untuk mencegah hilangnya makanan
3
Catat reaksi pasien pasca pemberian makanan, rapikan alat, pasien dan
lingkungan. Petugas mencuci tangan dengan teknik 7 langkah dan dokumentasikan
tindakan.
Dokumentasi :
- Tanggal dan waktu insersi selang
- Warna dan jumlah drainase
- ukuran dan tipe selang
- Toleransi klien terhadap prosedur
3.6.3 Hasil yang
diharapkan
- Klien tidak mempunyai keluhan mual dan muntah
- Klien berkurang rasa nyeri dari distensi abdomen
- Distensi abdomen berkurang
- Kebutuhan nutrisi terpenuhi
- Tidak terjadi aspirasi
Ø Pipet jika perlu
Ø Pisau jika perlu
Ø Obat jika ada
Ø Makanan dengan porsi dan menu sesuai program
Ø Meja untuk klien
E.
PROSEDUR KERJA DAN RASIONAL
1.
Alat – alat di dekatkan di tempat tidur klien
· rasional : memudahkan dalam menggapai
peralatan yang dibutuhkan.
2.
Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan
· Rasioal
: agar klien mengetahui apa yang hendak perawat laksanakan sehingga mengurangi
kecemasan.
3.
Cuci tangan
· Rasional : mencegah infeksi silang.
4.
Atur posisi pasien (paien mencoba) dengan posisi semi fowler setengah
duduk sesuai kondisi pasien.
· Rasional : memudahkan klien untuk
menelan.
5.
Pasang pengalas/ serbet di bawah dagu.
· Rasional : agar makanan tidak mengotori
pakaian klien
6.
Tawakan pasien melakukan ritual makan (misalkan berdoa sebelum makan)
· Rasional : berhubungan dengan spiritual
klien
7.
Tanyakan lauk dan pauk apa yang boleh dicampur dengan nasi.
· Rasional : sesuai dengan diet pasien.
8.
Bantu aktivitas dengan cara menyuap makan sedikit demi sedikit dan
berikan minuman setelah makan .
· Rasional : membantu klien dalam mengunyah
hingga menelan makanannya
9.
Bila selesai makan, bersihkan mulut pasien
· Rasional : menjaga kebersihan mulut
klien.
10. Jika ada
obat lanjutkan pemberian obat
· Rasional : pemberian obat anteceanam,
membantu kesembuhan klien (sesuai waktu pemberian obat)
11. Setelah
makan, minum dan pemberian obat anjurkan pasien untuk duduk sejenak sebelum
kembali berbaring
· Rasional : memberikan kesempatan pada
klien untuk relaksasi.
12. Rapikan
alat dan kembalikan ke tempatnya
· Rasional : pengembalian alat pada
tempatnya untuk penggunaan selanjutnya.
13. Catat
tindakan dan hasil atau respon terhadap tindakan (catat apa jumlah/porsi
makanan yang dihabiskan)
· Rasional : sebagai data dalam pengkajian
klien.
14. Cuci
tangan setelah setelah prosedur dilakukan
· Rasional : mencegah infeksi silang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar